Migrasi cloud hosting merupakan langkah terbaru di dunia teknologi dalam meringankan beban kerja dan meningkatkan pengalaman pengguna saat membuka website. Tentunya migrasi ini tak dilakukan begitu saja, butuh persiapan migrasi cloud hosting yang tepat agar cloud hosting berjalan optimal.
Cloud hosting merupakan jenis website hosting yang menggunakan beberapa server untuk meringankan beban atau load, sehingga mampu mempercepat performanya sekaligus memaksimalkan uptime.
Cara kerja cloud hosting pun dilakukan secara virtual yakni teknologi yang membagi server fisik menjadi beberapa mesin virtual (cloud server). Selanjutnya, server ini digabungkan membentuk jaringan yang digunakan untuk website hosting.
Oleh sebab itu, kehadiran cloud hosting tentu akan sangat memudahkan perusahaan dalam mengoptimalkan beban kerja dan pengalaman penggunanya di website mereka. Namun, ada beberapa persiapan migrasi cloud hosting yang penting dilakukan, apa saja?
Baca Juga: Mengenal Keamanan Cloud Hosting
5 Persiapan Migrasi Cloud Hosting

1. Memilih Layanan Cloud yang Sesuai
Persiapan pertama ketika akan migrasi cloud hosting yaitu memilih cloud sesuai dengan kebutuhan. Hal ini berkaitan dengan bisnis pemilihan model dan perusahaan penyedia cloud yang akan digunakan.
Pemilihan platform tersebut harus disesuaikan dengan rencana bisnis, untuk mempengaruhi tingkat compatibility sistem atau aplikasi lingkungan barunya dapat dipertimbangkan.Dengan begitu, biaya operasional juga dapat diperhitungkan sangat baik.
Pindah ke Cloud tidak selamanya dapat menekan biaya, ini akan tergantung dari pemakaian, kompleksitas infrastruktur cloud yang diharapkan, storage yang dibutuhkan, dan paket harga yang ditawarkan oleh penyedia jasa cloud.
Ditambah pemilihan layanan cloud juga harus mempertimbangkan tingkat kepatuhan penyelenggara tersebut terhadap regulasi tertentu. Contoh untuk Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) di Indonesia.
Dalam PSE terdapat peraturan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) pada Peraturan Pemerintah (PP) no 71 tahun 2019 pasal 21. Menyatakan bahwa server penyedia cloud harus berada di wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ataupun organisasi sudah memiliki sertifikasi PCI DSS atau ISO 27001 sebelum melakukan migrasi. Dalam mempertahankan sertifikasi tersebut, sistem yang di migrasi masuk ke dalam cakupannya. Di mana menyarankan memilih penyelenggara cloud yang telah memiliki sertifikasi yang sama.
2. Kesiapan Personal yang akan Mengelola cloud
Adaptasi sangat perlu diperhatikan ketika adanya lingkungan baru yang memberi bertanggung jawab, seperti mengelola sumber daya cloud. Konsep ini diimplementasikan pada cloud, baik berupa proses pengelolaan IT, kontrol akses, dan pengelolaan aset.
Baca Juga: Apa Cloud Hosting Terbaik untuk Bisnis Kecil?
3. Strategi Pemindahan

Ketika sistem yang akan di migrasi berada pada skala cukup besar atau banyak, diperlukan adanya piloting dan prioritas. Untuk itu strategi pemindahan bisa berupa pemilihan bagian dari sistem yang akan di migrasi terlebih dahulu. Sangat disarankan untuk memulai dari bagian sistem yang terkecil dan termudah.
Memiliki tujuan supaya personil yang bertanggung jawab terbiasa dengan lingkungan cloud baru.Strategi tersebut sebaiknya memperhatikan beberapa aspek. Diantaranya gangguan, biaya, waktu, dan risiko kegagalan yang bisa saja diterima atau terjadi selama operasional pemindahan.
4. Rebuild
Rebuild termasuk ke dalam strategi strategi ketika hendak menjalani proses migrasi. Memakai strategi ini berpeluang membangun aplikasi yang lebih optimal untuk Cloud. Akan tetapi risiko akan menimbulkan ketergantungan pada layanan PaaS yang dipilih. Hal ini bisa memungkin kesulitan untuk migrasi apabila ingin pindah ke layanan Cloud lainnya.
5. Replace
Terkahir cara dalam mempersiapkan migrasi Cloud Hosting ini dengan memutuskan untuk meninggalkan sistem lama sepenuhnya. Keuntungan dari strategi ini akan lebih mudah penyesuain.
Keberlangsungan sistem baru cloud tak ubahnya dengan sistem sebelum migrasi. Mengenai aturan yang jelas mencakup manajemen aset pada cloud, pembagian kontrol akses kepada personel yang bertanggung jawab, dan sistem konfigurasi keamanan juga yang harus diimplementasi dengan baik.
Cloud berpeluang menjadi media yang rentan disalahgunakan pengimplementasiannya dalam hal konfigurasi. Hal ini karena kebanyakan cloud dapat diakses oleh publik, sehingga tentu memiliki risiko lebih tinggi untuk menjadi sasaran penyerang jika dibandingkan dengan server fisik.
Dengan demikian persiapan migrasi cloud hosting memang perlu perencanaan matang. Bukan sekadar sebelum proses migrasi dimulai tetapi juga mencakup pasca ketika telah dilakukan.
Referensi: