Ulasan “Habis Gelap Terbitlah Terang” Karya R.A. Kartini 

Ulasan “Habis Gelap Terbitlah Terang” Karya R.A. Kartini 

Tidak terasa peringatan Hari Kartini 2022 sudah di depan mata. Emansipasi wanita merupakan warisan yang masih diperjuangkan hingga saat ini. Namun, seperti apakah emansipasi wanita yang diinginkan Ibu Kartini sebenarnya?

Dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” terungkap apa yang Kartini inginkan untuk kemajuan wanita Indonesia pada saat itu, yakni gerakan emansipasi, terutama dalam hal kesamaan hak mendapatkan pendidikan antara kaum laki-laki dan perempuan. Dalam buku tersebut juga diceritakan tentang harapan Kartini pada masa kehidupannya.

Buku ini merupakan surat-surat yang ditulis oleh Raden Ajeng Kartini untuk sahabat-sahabatnya di Eropa. Setelah 7 tahun beliau wafat, salah seorang temannya yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda bernama J.H. Abendanon, membukukannya  dengan judul “Door Duisternis Tot Licht” yang artinya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”.

Kumpulan surat tersebut kemudian diterbitkan pada tahun 1911 dan dicetak sebanyak 5 kali. Pada cetakan terakhirnya, disertakan surat-surat Kartini. Teks yang tertulis dalam buku ini adalah 106 pucuk surat Kartini untuk para sahabatnya, di antaranya Estelle H. Zeehandelaar atau Stella, Ny. Ovink-Soer, Prof. dr. G.K. Aton, J.H. Abendanon, dan beberapa sahabat lainnya 

Baca Juga: Sejarah Hari Kartini

Ulasan “Habis Gelap Terbitlah Terang” Karya R.A. Kartini

ulasan buku R.A kartini

Foto: Freepik.com

Pada tahun 1922 buku ini diterjemahkan dalam Bahasa Melayu oleh Empat Saudara dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran”. Surat-surat Kartini juga diterjemahkan dalam  bahasa Inggris oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat Kartini juga diterjemahkan dalam Bahasa Sunda dan Jawa. 

Buku ini akhirnya diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Armijn Pane pada tahun 1938 dengan format yang berbeda dengan penerbit Balai Pustaka. Oleh Armijn Pane buku ini dibagi menjadi 5 bab dan sempat dicetak sebanyak 11 kali.

Ada beberapa surat Kartini yang tidak ditampilkan karena terdapat kemiripan isi dengan surat lainnya. Alasan lainnya, agar buku ini juga seperti roman. Dalam versi suntingan Armijn ini, hanya 87 surat Kartini yang dicantumkan karena dirasa sudah mewakili surat lainnya. Pembagian menjadi beberapa bab juga bertujuan untuk menunjukkan perubahan sikap dan pemikiran Kartini ketika berkorespondensi dengan para sahabatnya.

Secara garis besar, buku ini menceritakan keinginan dan cita-cita Kartini untuk memajukan kaum perempuan dan kehidupan para wanita Indonesia pada zamannya melalui pendidikan yang layak. Pada saat itu, terdapat ketimpangan hak yang sangat jauh dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang dapat diterima antara laki-laki dan perempuan, terlebih rakyat jelata pada umumnya, sangatlah berbeda. Kebanyakan perempuan dari kalangan rakyat jelata juga tidak mendapatkan kesempatan sama sekali untuk bisa bersekolah dan belajar.

Dalam buku ini diceritakan pula tentang perjalan hidup seorang Kartini. Beliau lahir pada tanggal 21 April 1879 dari kalangan priyayi, sebutan untuk bangsawan Jawa. Ayahnya bernama Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih dan juga Bupati Jepara, Jawa Tengah. Ibunya Bernama M.A. Ngasirah, seorang anak dari Nyai Haji Madirono, yang berprofesi sebagai guru agama.

Sayangnya, usia Kartini tidaklah panjang, beliau wafat pada 17 September 1904 saat usianya masih 25 tahun. 

Kartini mempelajari Bahasa Belanda di ELS (Europese Lagere School), sehingga Kartini banyak membaca berbagai macam buku, majalah, hingga koran Eropa. Kartini juga rajin menulis, sehingga akhirnya surat-surat beliau untuk para sahabatnya di Eropa bisa kita baca sampai sekarang. Surat-surat inilah yang menginspirasi dan memulai gerakan emansipasi wanita pada zamannya, terutama tentang keadilan dalam kesetaraan mengenyam pendidikan antara kaum laki-laki dan perempuan. 

Baca Juga: Wanita Indonesia di Bidang Teknologi

Semoga dari buku ini, kaum wanita Indonesia di Hari Kartini 2022 selalu terinspirasi agar tetap berpikir maju dan meningkatkan kualitas kehidupan. Terlebih lagi karena wanita adalah ujung tombak peradaban bangsa karena melahirkan calon penerus bangsa dan negara.

Foto Utama: Freepik.com

Sumber: 

  • https://id.berita.yahoo.com/review-buku-habis-gelap-terbitlah-103527210.html
  • https://www.infoghazi.com/2018/11/review-habis-gelap-terbitlah-terang-ibu.html
  • https://id.berita.yahoo.com/review-buku-habis-gelap-terbitlah-103527210.html
  • https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/21/153100365/6-hal-tentang-habis-gelap-terbitlah-terang-kumpulan-surat-kartini-yang