Tak hanya meningkatkan kreativitas, membaca buku — termasuk buku pereda stres — juga bisa memperluas pengetahuan Anda akan banyak hal di dunia. Beberapa manfaat yang bisa dirasakan dari kegiatan membaca adalah memperkuat fungsi otak, mengurangi stres, meningkatkan empati, dan masih banyak lagi.
Ada banyak buku berkualitas yang bisa Anda baca. Tapi, di kala stres melanda, buku-buku yang mengandung humor adalah hal yang paling Anda butuhkan. Opencloud Blog merekomendasikan enam buku pereda stres yang bisa menjernihkan pikiran Anda yang suntuk selama di rumah. Yuk, langsung saja kita simak!
1. Jurnal Sekaligus Buku Pereda Stres: The Happiness Project
Foto: bookquotemonster
Dari judul bukunya saja sudah bisa ditebak kalau buku pereda stres ini wajib Anda baca ketika memiliki waktu santai selama di rumah. The Happiness Project merupakan buku bestseller di tahun 2009 yang ditulis oleh Gretchen Rubin, seorang penulis New York Times.
Konsep buku pereda stres ini seperti jurnal proyek yang ditulis Gretchen Rubin tentang aktivitasnya selama 1 tahun. Dia menceritakan apa saja yang dilakukannya dan bagaimana perkembangan dirinya dalam aktivitas yang ingin dicapai.
Ketika membaca bukunya pertama kali, Anda akan belajar bagaimana bahagia dengan diri sendiri, termasuk menerima semua kekurangan diri yang bukanlah suatu kesalahan. Sering kali, kita menutup-nutupi kekurangan kita dan mencoba menjadi orang lain. Namun, sebenarnya kebahagiaan yang sesungguhnya terjadi ketika Anda bisa menerima diri seutuhnya.
Buku ini juga akan menyadarkan Anda bahwa seharusnya Anda bahagia sebelum melakukan sesuatu. Bukan setelah Anda melakukan suatu hal, baru Anda merasa bahagia. Sebab, semua orang tidak memiliki sumber kebahagiaan yang sama. Ada yang mungkin bahagia karena hal-hal sederhana seperti menguasai satu keterampilan baru atau bisa sarapan bersama dengan orang terkasih, ada juga yang baru bahagia jika punya uang Rp 1 miliar.
Jadi, mulailah berhenti membandingkan kebahagiaan Anda dengan orang lain. Do your own happiness project.
2. Bossypants, Siapa Bilang Wanita Tak Bisa Melucu?
Foto: blogspot.com
Buku pereda stres selanjutnya ditulis oleh Tina Fey di tahun 2011 yang berjudul Bossypants. Ini adalah buku autobiografi dirinya yang menceritakan betapa sulitnya perjalanan seorang komedian wanita dalam industri hiburan. Ceritanya juga berkaitan dengan keberhasilannya membawakan acara di Saturday Night Live bersama Maya Rudolph dan Amy Poehler. Kesuksesannya tersebut akhirnya membuka jalan bagi banyak komedian.
Fey, selain menjadi wanita yang sukses berkarier, dia juga menjalankan kehidupan sebagai seorang ibu. Dia memberi gambaran pada bukunya bahwa wanita tidak harus memilih antara karier ataupun keluarganya. Dia bisa menjalankan keduanya. Fey tidak takut melakukan apapun yang menurutnya benar dan keras kepala untuk mencapai apa yang dia inginkan. Dia menunjukan sisi seorang wanita yang kuat, lucu, dan menyenangkan.
Selain itu, Anda akan merasa beruntung karena ternyata kehidupan selebriti tidak jauh beda dengan masyarakat umum seperti kita. Banyak orang yang berkata kepada Fey bahwa dia tidak boleh menunjukkan kesedihannya di depan publik. Tapi, Fey tidak setuju dengan pernyataan ini. Dia justru mengatakan menangislah jika memang perlu melakukan itu. Selebriti tetaplah manusia biasa.
Buku ini berhasil membawa para pembacanya ke dunia Fey yang penuh rintangan dan bagaimana dia menemukan solusi dari tiap masalah yang dihadapi. Sama halnya ketika menikmati makan popcorn, Anda akan ketagihan ketika membaca buku ini.
3. Buku Pereda Stres: Don’t Worry It Gets Worse
Foto: blogspot.com
Buat para fresh graduate, buku satu ini bakal pas sekali dengan apa yang sedang kalian hadapi. Ditulis oleh Alida Nugent, buku berjudul Don’t Worry It Gets Worse ini dirilis di tahun 2013. Nugent sendiri adalah penulis blog populer bernama Frenemy Tumblr.
Jadi, jangan heran kalau gaya tulisannya mirip seperti di blognya. Ringkas dan berisi kumpulan esai lucu tentang kehidupan, buku ini benar-benar menawarkan pandangan tentang realita setelah lulus kuliah.
Usia 20-an adalah masanya manusia mencari jati diri. Begitu pula yang dirasakan Nugent. Sulitnya mencari kerja, cercaan dari lingkungan sosialnya karena dia tinggal bersama orang tuanya, serta betapa sulitnya mengenal dan berkencan dengan seseorang lewat sosial media.
Buku ini juga mengisahkan bagaimana Nugent harus berjuang untuk bisa pindah ke kota baru dan menaklukkan ketakutannya sendiri agar bisa beradaptasi dengan lingkungan baru.
Memasuki masa dewasa, Nugent menceritakan bahwa dirinya juga terlibat banyak masalah. Bahkan, di dalam buku ini dia mencela dirinya sendiri yang membuat kita tertawa ketika membacanya. Layaknya teman yang sedang curhat, Nugent bisa jadi teman terbaik untuk meyakinkan bahwa Anda tidak perlu merasakan segala sesuatunya sendirian dan menegaskan bahwa mencintai diri sendiri adalah hal terpenting.
4. A Man Called Ove
Foto: sallyflint.com
Novel karya Fredrik Backman di tahun 2016 ini menceritakan tentang lelaki tua bernama Ove yang suka marah-marah. Mungkin, kalau bisa bertemu langsung dengan Ove, Anda langsung berpikir bahwa dia adalah sosok kakek yang keras kepala dan juga kolot. Orang-orang di sekitarnya menganggapnya antisosial dan tidak pernah terlihat tersenyum.
Ove hidup dengan rutinitas yang sama setiap harinya d imana menurutnya dunia hanyalah hitam-putih. Tapi, ini berbeda dengan kepribadian istrinya yang bernama Sonja. Ibaratnya, Sonja bisa memberikan warna ke dalam hidup Ove. Kisah cinta Ove dengan Sonja sebenarnya mirip seperti film kartun Disney Up yang menceritakan kisah cinta antara sahabat masa kecil.
Alur yang digunakan buku ini adalah maju mundur dimana pada satu bagian akan dijelaskan alasan mengapa Ove menjadi sangat pendiam. Terungkap juga bahwa hanya Sonja lah yang benar-benar bisa memahami dan menghargainya. Karenaitu, setelah Sonja meninggal, Ove benar-benar seperti tidak memiliki kehidupan. Tapi, semua itu sedikit terobati ketika Ove bertemu dengan seekor kucing.
Saking populernya, buku ini diadaptasi menjadi sebuah film di tahun 2015 dengan judul yang sama. Tapi, bagaikan gula tanpa garam, rasanya tak lengkap kalau Anda hanya menonton filmnya saja. Cobalah untuk membaca novel ini juga yang mungkin bisa dijadikan sebagai buku pereda stres Anda. Pelajaran tentang keluarga, cinta, pengorbanan, dan keikhlasan sangat kental pada buku ini.
5. Perjamuan Khong Guan
Foto: goodreads.com
Kalau mendengar kata Khong Guan, apa yang muncul di benak Anda? Apakah kaleng biskuit berwarna merah itu? Sayangnya, buku ini tidak menceritakan tentang itu. Buku ini justru berisikan sekumpulan puisi-puisi di mana kaleng Khong Guan menjadi tempat penyimpanannya.
Dirilis pertama kali di bulan Januari 2020 dengan penulisnya yang bernama Joko Pinurbo, buku ini berhasil mencuri perhatian dengan judulnya yang nyentrik. Isi di dalamnya ada 81 puisi yang terbagi menjadi 4 bab, di mana pada bab Kaleng Tiga terdapat kumpulan puisi tentang Minnah yang inspirasinya didapat dari aktris korea bernama Bang Min-ah.
Keahlian Joko Pinurbo dalam merajut tiap bait puisi memang sudah tak perlu diragukan. Meskipun terlihat sederhana, karangannya tetap mengena buat para pembaca. Puisi-puisinya berhasil melahirkan interpretasi beragam. Kalau Anda adalah sobat penikmat senja, tentu saja buku ini cocok sebagai penyemangat ketika Anda merasa bosan.
Itu tadi daftar buku pereda stres yang bisa Anda baca selama berada di rumah. Isilah masa PSBB dengan kegiatan-kegiatan positif yang bisa mengusir kejenuhan selama di rumah. Tak ada salahnya jika Anda menikmati bacaan yang bisa menetralkan pikiran dan menjauhkan diri sejenak dari persoalan tentang pandemi. Anda juga bisa memperkaya pengetahuan dan informasi menarik lainnya di Opencloud Blog selama di rumah saja. Tetap semangat, ya!
Sumber: